Sayangnya, perkembangan praksis Ekonomi Islam mengalami disorientasi. Hal ini ditunjukkan oleh pengagulan parameter perkembangan asset, besaran gain (profit) yang dicetak, dan dominasi produk murabahah atas mudarabah. Padahal renaissance Ekonomi Islam didasari oleh keprihatinan terhadap disparitas ekonomi, unemployment, moralitas (konsumerisme dan luxury) dan isu-isu lain yang berhubungan dengan maslahah sosial kealaman. Dalam saat yang bersamaan Ekonomi Islam juga menunjukkan keterjebakan pada obsesi relevansi ekonomi Islam dalam kemodernan sehingga ambigu antara modernisasi Islam dan Islamisasi modernitas. Hal ini terlihat dari gejala labelisasi dan arabisasi produk-produk IBF (Islamic Banks and Finance), seperti murabahah (?) untuk kredit konsumtif, al-musharakah al-mutanaqisah (al-ijarah al-muntahiyah bi al-tamlik), Islamic Bonds dan takaful. Dengan kata lain, performa Ekonomi Islam mengalami euphoria dimensi teknis Fiqh bab mu‘amalat maliyah sehingga persoalan teologis (‘ilm kalam) yang berbicara tentang evilness dan goodness suatu ikhtiyar ekonomi serta spiritualitas (realitas ghaib) di balik realitas material terabaikan.
Detail
Penulis: Dwi Surya Atmaja
Bahasa: Indonesia
Bulan Terbit: Mei 2013
Halaman: x + 208 hlm
ISBN: 978-602-7775-20-6
Catatan:
No comments:
Post a Comment