Tuesday, March 6, 2018

Pendidikan Akal Perspektif Al-Qur’an

Pendidikan Akal Perspektif Al-Qur’an (Study Pemikiran Harun Nasution)

Menurut Harun Nasution, pendidikan akal termaktub dalam al-Qur’an baik secara tersirat maupun secara tersurat. Untuk itu, pendidikan akal perlu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam prakteknya, pendidikan akal yang dilakukan oleh Harun Nasution dalam dunia pendidikan khususnya di perguruan tinggi Islam adalah dengan cara memasukkannya ke dalam kurikulum IAIN pada mata kuliah Ilmu Kalam, Mantiq dan Filsafat Islam. Dalam pratek pengajarannya, beliau lebih suka pada mahasiswa yang mau berpendapat meskipun pendapatnya salah ketimbang mahasiswa yang diam saja. Tujuan diajarkannya filsafat di IAIN/STAIN di seluruh Indonesia menurut Harun Nasution adalah untuk menghidupkan kembali semangat intelektualisme Islam yang telah padam dan liberalisme pemikirannya tetap menggelinding serta mampu memberikan pengaruh besar terhadap jalan pikiran generasi selanjutnya guna melahirkan sosok pemb  aru seperti Harun Nasution.

Harun Nasution adalah sosok pembaruan yang sangat membekas di kalangan perguruan tinggi terutama di IAIN/STAIN/UIN di seluruh Indonesia, karena menggerakkan bagian-bagian ajaran Islam yang kurang diungkapkan  secara terbuka sebelumnya di Indonesia atau yang memang tidak dibicarakan sama sekali. Hal ini dapat dipahami bahwa Harun Nasution berbeda dengan pembaru-pembaru Indonesia sebelumnya atau yang sezaman dengannya. Harun Nasution lebih terbuka dalam pengungkapan fakta secara lebih obyektif baik yang positif maupun yang negatif dari perkembangan Islam dalam sejarah. Beliau tidak memaksakan jalannya pada orang lain atau pada mahasiswanya dan Harun Nasution membiarkan orang lain tiba pada pilihannya sendiri dan hanya mengharapkan iman seseorang semakin bertambah setelah mengikuti kuliah dengan beliau, mendengar ceramah beliau atau membaca buku-buku beliau. Untuk mengetahui pendapat beliau khususnya tentang pendidikan akal, maka diperlukan penelitian.

Buku ini memiliki persamaan dengan Filosof Yunani seperti Thales, Anaximenes, Anaximandros, Hereklitus, Demokritus, Phytagoras, Socrates, Plato dan Aristoteles dan  ilmuan Barat Gustav Le Bon, Henry Trece, Anthony Nutting, C. Risller, Alfred  Guillame, Rom Landau yang menggunakan akal untuk  melahirkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara mutlak sehingga Harun Nasution  menganut faham  Teologi Mu’tazila yang memperkenankan penggunaan akal dalam semua aspek.

Sebaliknya, temuan buku ini memiliki perbedaan dengan beberapa Ilmuan Indonesia misalnya M. Rasjidi, yang  menggunakan akal  secara terbatas sebagaimana teologi As’ariyah. Berbeda pula dengan  Ibrahim Hosen yang berpendapat bahwa penggunaan akal atau Ijtihad  tidak berlaku di bidang akidah dan akhlak, melainkan dalam hal hukum taklifi. Demikian pula berbeda secara diamitral dengan Daud Rasyidyang  menegaskan  keterbatasan akal pada hal-hal yang bersifat ghaib seperti alam kubur, hari kebangkitan, perhitungan, ganjaran syurga dan neraka.

Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui riset kepustakaan yang bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan berbagai jenis materi yang berkaitan dengan pokok bahasan yang sedang dikaji. Dalam penelitian ini, ada tiga metode yang digunakan yaitu metode deskriptif, metode komparasi dan metode analisis. Pada tahap awal, digunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan keadaan obyek tanpa maksud mengambil keputusan yang berlaku umum. Pada tahap kedua, digunakan metode komparasi guna membandingkan informasi antara ya ng satu dengan yang lainnya yang ada relvansinya dengan topik kajian untuk menemukan jawaban atas permasalahan tersebut, dan ketiga adalah metode analisis guna memilah dan mempertajam pernyataan-pernyataan yang luas agar kajian-kajian ini dapat memberikan gambaran utuh tentang konsep pendidikan akal perspektif Harun Nasution.

Kesimpulan dari buku ini adalah bahwa akal menurut Harun Nasution yaitu daya berpikir yang terdapat dalam jiwa dan daya manusia sebagaimana yang digambarkan dalam al-Qur’an guna memperoleh pengetahuan dengan cara memperhatikan alam sekitarnya. Akal dalam pengertian inilah yang dikontraskan dalam Islam dengan wahyu yang membawa pengetahuan dari luar diri manusia yaitu Tuhan. Dengan demikian, maka jelaslah bahwa pendidikan akal menurut Harun Nasution adalah melatih, membimbing dan membina daya pikir yang terdapat dalam jiwa manusia dengan cara melakukan aktivitas dari akal tersebut adalah berupa tafakkur yaitu suatu bentuk penalaran dan mengambil i’tibar yang merupakan isyarat dan motivasi dari al-Qur’an.


Detail
Penulis: Junni
Bahasa: Indonesia
Tahun Terbit: 2018
Halaman: xii + 414 hlm
ISBN: 978-602-5576-10-2



Catatan:

silahkan membaca online pada tombol dibawah ini
untuk mengutif gunakan sesuai aturan yang berlaku

semoga buku ini bermanfaat dan menjadi amal baik bagi penulis







1 comment:

  1. barakallah YPM yg telah banyak membantu menertbitkan penlitian2 para akademisi

    ReplyDelete

Kematangan Spiritual dan Kompetensi Toleransi: Menakar Peran dan Tantangan FKUB DKI Jakarta

Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dibentuk berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri (PBM) Nomor 9 dan Nomor 8...